Oleh: Anastasya Putri MR
Pagi itu ku
pikir merupakan pagi yang cerah, aku bangun dengan hati yang bahagia, berjalan menuju
kamar mandi sambil sesekali mendendangkan lagu favoritku, tak ketinggalan kamar
mandi menjadi panggung tunggal bagiku. Tidak terasa satu album telah ku
nyanyikan, yah walaupun liriknya selalu saja berpindah dari lagu yang satu ke
lagu yang lain tanpa menyelesaikannya, maklum lah penyanyi kamar mandi yah
emang gitu. Setelah mandi ku bergegas menuju wardrobe ala-ala artis yang
sengaja ku pesan dengan salah seorang ahli dalam bidang ini. Setelah kurang
lebih lima kali berganti pakaian, akhirnya ku temukan yang pas. Tak lama
setelahnya, tiba-tiba pintu kamarku terketuk. Setelah ku buka, ku temukan wajah
adekku yang sembab. Ku raih tangannya lalu ku peluk ia. Aku tak tahu apa yang
terjadi tapi aku tahu sedalam apa kesedihannya.
Setelah beberapa
menit akhirnya ia mulai bercerita. Ia mengatakan bahwa kesedihannya dikarenakan
sahabat karibnya sejak lahir harus meninggalkannya, namanya Shereen. Ia harus pindah
mengikuti ayahnya yang selalu berpindah-pindah tempat karena pekerjaannya. Sejenak
otak dan jantungku seakan berhenti berpikir dan berdetak dikarenakan hal
tersebut. Ku kumpulkan segala kemampuanku untuk dapat bangkit dari tempat
dudukku.
Aku bergegas
menuju ke rumah sebelah, tepatnya rumah si Shereen yang juga merupakan rumah
dari sahabat karibku, Sharoon. Mereka berdua merupakan adek kakak, sama halnya
aku dan Ratih. Kami sudah seperti keluarga sendiri, bahkan merasa lebih dekat
dari itu. Rencananya hari ini kami akan berjalan-jalan ke pantai, namun kenapa
justru seperti ini? Kemana dia? Kenapa tak mengabariku? Ku ketuk pintu rumahnya
namun tak ada jawaban. Ku berlari ke sana kemari untuk melihat apakah masih ada
orang namun tak ada, kosong. Aku terduduk lemas tatkala adekku menghampiriku
dan mengatakan bahwa mereka telah berangkat dua jam lalu. Hatiku pedih, mataku
memanas, aku tak tahu harus apa. Dia pergi, tanpa sepatah katapun.
0 komentar:
Posting Komentar