Oleh Asila NM
Langit berganti senja. Kulangkahkan kaki menuju toilet kamarku untuk melakukan ritual sebelum melaksanakan sholat, yaitu berwudhu. Setelah itu, kulaksanakan sholat maghrib sendiri di kamar. Biasanya, kami akan sholat berjamaah jika orangtuaku di rumah. Namun sayangnya, mereka sedang melakukan perjalanan bisnis di luar negeri. Sedangkan saudaraku, Stefan. lebih tepatnya kakakku, sedang sibuk dengan kuliahannya. Entah pukul berapa biasanya dia pulang. Kalau bukan pukul 8 malam, biasanya pukul 10 malam atau lebih. setelah sholat, kusiapkan seragam dan perlengkapan sekolahku. Btw, besok adalah hari senin. Dimana hari pertamaku masuk Sekolah Menengah Atas atau SMA. Pertama kali masuk sekolah pertama tanpa orangtua, dikarenakan sibuk. Tapi, itu tidak membuatku merasa kesepian karena selain ada kak stefan, pembantu di rumah juga banyak. yah, mau bagaimana lagi. semua urusan sekolah biasanya diurus oleh diriku sendiri ataupun dibantu oleh kakak. jadi jangan kira aku adalah seorang gadis manja. itu adalah sebuah kekeliruan . karena semenjak umurku menginjak 12 tahun, aku selalu membiasakan diri melakukan semua hal sendiri. Walaupun terkadang ibuku sempat gelisah, karena harus selalu meninggalkanku karena urusan pekerjaan bersama ayah. tapi kakak, selalu meyakinkan ibu bahwa dia bisa menjagaku. dan yah sekarang aku terlahir dan besar menjadi seorang gadis yang bisa mandiri dan alhamdulillah sudah bisa memperoleh uang dari keringat sendiri.
oh iya, perkenalkan namaku Alisya Maharani, yang kerap disapa Alisya atau sya. Kini aku duduk di bangku SMA, lebih tepatnya menginjak kelas 10. Umurku yang masih 15 tahun, tidak menghalangi mimpiku menjadi seorang penulis cerpen atau novel. Dan orangtuaku juga sangat mendukung hal itu. Detik berganti jam. Kini waktu menunjukkan pukul 6 kurang 10 menit. kegegaskan tubuhku untuk segera bebersih dan setelah itu sarapan pagi. Hari pertama sekolah yang begitu kunantikan. Masa SMA, masa yang begitu membuat pikiranku melayang entah kemana. Banyak orang bilang, masa SMA adalah masa yang menunjukkan jati diri kita, menunjukkan bahwa siapa kita sebenarnya. Masa itu juga yang banyak mengukir pengalaman hidup, bukan hanya tentang pelajaran atau meraih cita. Namun juga tentang seberapa besar kasih kita terhadap teman yang teranggap seperti saudara kita sendiri. Mulai dari antar sahabat, teman, atau bahkan kisah kasih di sekolah. seperti judul lagu saja hehehe.
Kak Stefan mengantarku menuju sekolah dan memberhentikan motornya sport merahnya tepat di depan gerbang sekolahku. Setelah berpamitan, kulangkahkan kakiku menuju halaman sekolah megah itu. SMA Nusa Bangsa. Awalnya niatku bersekolah di SMA ini tidak begitu dominan, tapi setelah diyakinkan oleh keluargaku terutama kak Stefan yang memohon agar aku sekolah di SMA Nusa Bangsa ini, dan pada akhirnya kuputuskan untuk mengabulkan permintaanya. Yah, selain itu sahabat-sahabatku juga besekolah ditempat ini. Seperti Putri, Melani, dan Mawar. Mereka adalah sahabat karibku sejak kelas 5 SD.
Kumelangkah sambil berlari kecil mencari kelas bernama X Mipa 1. Dan...
Brukkkkk....
Terlihat seorang lelaki berbadan tinggi, mata berwarna Hazelnut, kulit sawo matang, dan rambut bergaya layaknya oppa-oppa korea sedang berdiri dihadapanku. Tanpa sadar, kini posisiku sedang duduk melantai sambil menatap intens orang yang telah menabrakku. Kulihat lambang kelasnya. Ya Ampun, kakak kelas. batinku lalu bergegas bangkit dan menunduk takut. "Eh eh maaf kak, aku nggak sengaja. " ucapku pelan. Tanpa berlama-lama kugegaskan tubuhku untuk segera pergi dari hadapan kakak kelasku itu dan kemudian menuju kelas untuk bersiap melaksanakan upacara bendera. Upacara telah selasai, hari ini adalah hari bersih-bersih. dikarenakan jadwal roster yang belum diumukan. Aku bersama Putri berjalan menuju halaman belakang sekolah untuk membersihkan, karena tugas kami memang disitu. namun nasib demi nasib. aku kembali bertemu dengan kakak kelas itu lagi. kubergegas melangkah kembali sambil menarik tangan Putri agar segera menjauh mengikutiku. "ih apaan sih!! kok main narik-narik ga jelas" ucap putri kesal. " Hehehe maapin yah, kita ke bagian sana aja." balasku sambil menunjuk kearah lain yang masih berada di daerah belakang sekolah. Hari berganti hari. kini bulan pun ikut berganti. Tak terasa 6 bulan bersekolah telah tiba. Kini saatnya acara tahunan akan digelar disekolahku. Masing-masing kelas akan menunjukkan bakat dan kemampuan tiap-tiap anggota didalamnya. Dan kuputuskan mengikuti lomba cerpen, selain bakat, aku juga sangat menyukai bidang itu. Lain hal dengan sahabat-sahabatku yang lain. Mereka lebih memilih bidang seni untuk ditampilkan. Mulai dari Melani yang mengikuti lomba musik, Putri lomba tari, dan Melani dengan lomba menyanyinya. Hari yang ditunggupun tiba. Ini adalah hari pertama Porak atau Pekan Olahraga dan Keterampilan yang diselenggarakan selama sepekan. Sebelum semua acara lomba dimulai, kami diminta untuk berkumpul di aula sebagai pembukaan Porak ini. Dan betapa terkejutnya aku, mendengar sebuah lantunan ayat suci yang begitu merdu didepan sana. Dengan penuh rasa penasaran kucoba mencari sumber dari suara itu. "What!! Masya Allah. batinku tak lepas dari tatapan objek didepan sana. Hatiku berasa begitu penasaran akan nama kakak kelas itu. Akhirnya sedikit demi sedikit kucoba menanyakan tentang nama dia oleh melani. "Mel, nama orang yang ngaji didepan sana siapa yah?" ucapku penuh rasa penasaran dan sedikit hati-hati agar melani tidak curiga. "Hah? Maksud loh?!! Lo nanya nama kakak kelas itu?"Ucapnya sambil tersenyum mengejek. "Ish apaansih. orang juga cuman nanya, yaudah kalo ga mau kasi tau ya ga usah. ribet amat idup loh" ucapku sedikit kesal karena Melani yang mulai curiga denganku. "yaelah, baperan amat lu!! yaudah gue kasi tau yah, namanya tu...... di......." ucap Melani. "Dimas? Dika? Diki? atau apa sih, siapa emang namanya?!" ucapku penuh penasaran. "Di....to, eh kak Dito maksudnya hehehe" teriak Melani. "Husttt, jangan terlalu berisik, ntar dia kepedean kalo lagi di cerita. Suasana kembali hening, kuputuskan untuk kembali bungkam dan fokus dengan objek didepan sana. Lantunan suara merdunya seakan membuat hati terasa tenang. tampangnya fukboy, eh ternyata pintar ngaji juga. Masya Allah banget. gumamku sambil tersenyum tak jelas. Entah bisikan darimana, fikiranku seakan terpenuhi olehnya. Padahal kita tak begitu kenal, bahkan mungkin dia tidak tau namaku. yaa, sudahlah. Semoga secepatnya dia bisa mengenalku lebih dalam :)
SEKIAN CERPEN DARIKU:)
tolong di buatkan label masing2 kelas ya
BalasHapusLabel bagaimana pak?
BalasHapus