Home » » Pulang Dan Ikhlaskan

Pulang Dan Ikhlaskan

Written By Mulisa on Minggu, 30 Agustus 2020 | Agustus 30, 2020

      " Kau adalah anak Pembawa Sial, Kau tak Tahu Berterima Kasih Bahkan Kau tak Pernah Mencapai Apa-Apa untuk membanggakan keluarga ini! Kau tak malu dengan anak tetangga, kau ini sungguh bodoh kau tahu itu kan? " aku hanya mengangguk mengerti dan dia langsung meninggalkan kamarku. Aku menangis dalam diam aku tak tahu sampai kapan ibuku akan bersikap sekeras itu padaku bahkan ia tak bisa menjaga lisannya di depan anaknya sendiri. Aku hanya Berpura-pura kuat di depan mereka padahal sungguh aku sudah tidak tahan dengan semuanya tapi dia tetaplah ibuku, wanita yang mengandung dan merawatku sewaktu aku kecil dulu.


         Malam ini hujan turun mengguyur permukaan bumi seakan hujan mengerti apa yang kurasakan sekarang ini.

Kringggggg,,Kringgggggg
Aku segera menjawab telepon yang berada di nakas dekat tempat tidur ku dan seketika aku tersenyum sendu melihat nama yang muncul di layar handphone ku.
"Halo ayah?" Ucapku sembari tersenyum karena setelah sekian lama tidak mendengar suara pahlawanku itu.
"Halo nak, apa kamu baik-baik saja? Kenapa suaramu terdengar seperti sedang sakit?" Ujarnya dengan nada khawatir
" hmm aku baik-baik saja kok ayah, ayah tak perlu khawatir." Ucapku meyakinkan ayahku, tapi jika kalian menganggap ayahku percaya itu salah besar, buktinya ia masih meminta kata jujur dariku
" Nak?lain kali kamu tidak perlu membohongi ayah agar ayah tidak khawatir. Ayah tahu betul kamu orang nya bagaimana nak. Kamu adalah anak kesayangan ayah yang tidak manja dan juga kuat bahkan ayah bisa merasakan kalau kamu tidak baik-baik saja sekarang." Tak sadar air mata sudah mengalir membasahi kedua pipi ku. Aku tahu Ini adalah Kesalahan ku karena Tak jujur pada ayahku tentang Panyakit ku. Aku hanya tak ingin ayahku khawatir saja.
"Hmmm kalau begitu aku tutup dulu telepon nya ayah." Ujarku sambil tersenyum kembali mengingat bahwa ternyata di dunia ini masih ada yang sangat menyayangi ku walau aku sudah kehilangan sosok ibu kandungku sendiri. Yah ibu ku meninggal karena ia mengidap penyakit kanker otak stadium akhir, bahkan aku dan ayahku baru mengetahui nya ketika ibuku sudah tidak ada di dunia ini. Sangat menyedihkan bukan? Dan sejak itulah kepribadian ku mulai berubah yang dulu nya periang kini menjadi gadis yang menyedihkan sampai ayahku menikah dengan seorang wanita yang hanya mencintai dirinya saja tapi tidak bisa menerima kehadiranku.


        Aku berjalan ke kasurku dan menidurkan badan ku yang lemah di sana namun tak sengaja aku merasa ada sebuah cairan yang membasahi perantara mulut dan hidungku aku segara bangkit menuju kamar mandi di kamarku dan segera membersihkan darah segar yang mengalir dari hidung ku itu tanpa mengunci pintu kamar mandi ku. Namun belum sempat aku membersihkan semua darah itu tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit dan rasanya ingin pecah, penglihatan ku mulai buram dan berakhir aku pingsan di dalam kamar mandiku. Aku membuka kedua mataku dengan perlahan tapi ada sensasi yang berbeda yang ku rasakan kali ini. Tempat ini bukan di rumah sakit dan bukan pula di rumah ku. Aku bingung karena aku seperti berada di alam yang berbeda. Dan sakit yang kurasakan seperti kejadian semalam pun sudah hilang. Namun tak lama setelah itu aku melihat seorang wanita yang menggunakan pakaian serba putih berjalan kearahku sambil tersenyum penuh kedamaian.
" Ibu?" Ucapku sambil tersenyum ke arah sosok yang sangat aku rindukan selama ini.
"Anakku sudah saat nya kamu ikut bersama ibu yah nak, ibu lihat kamu sangat tersiksa ketika ibu pergi waktu itu." Ucapnya tanpa memudarkan senyumannya padaku
"Ibu aku sangat rindu, sangat rindu bahkan lebih dari rindu." Ucapku sambil memeluk tubuhnya dapat kurasakan kasih sayang seorang ibu mengalir kepadaku.
"Nanti kamu tidak akan rindu lagi sama ibu karena kita akan pergi bersama yah nak." Ujarnya menatap kedua mataku sambil memegang kedua pipiku
"Tapi bagaimana dengan ayah bu?" Tanyaku padanya yang ditanya hanya memberikan sebuah senyuman singkat.
"Ayah akan baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir karena ayahmu takkan di sakiti sama sepertimu oleh istrinya." Aku hanya menjawab dengan anggukan
"Sekarang kamu pamit dulu kepada ayah mu, ibu akan tunggu kamu disini." Aku mengangguk dan tiba-tiba saja terdengar suara mesin stetoskop tapi di tempat yang berbeda dari tempat yang tadi. sekarang aku yakin kalau aku sedang di rumah sakit. Aku membuka kedua mataku perlahan dan tak terasa pipiku sudah basah dan benar saja aku melihat sosok ayah yang sangat aku rindukan sedang memegang tanganku.
"Ayah?" Ucapku terbata-terbata. Orang yang dipanggilpun menoleh
"Kamu sudah sadar nak? Alhamdulillah ya Allah."ujar ayahku sambil tersenyum bahagia karena kesadaranku
"Aku kenapa ayah?" Tanyaku padanya kemudian ia kembali menatapku dan mengelus punggung jari ku
"Kamu koma nak selama 1 bulan."ucapnya dengan raut wajah yang terlihat sedih dan merasa bersalah kemudian kembali berucap
"Kamu kenapa rahasiakan ini dari ayah nak? Kenapa ? Ayah sangat khawatir kalau terjadi apa - apa sama kamu nak!" Ujarnya sambil menunduk dan meneteskan air mata
"Ayah maaf, aku hanya tidam ingin membuat ayah kepikiran" ucapku dengan nada yang sangat lemah. Ayahku hanya terdiam sambil menghapus air matanya.
"Mulai sekarang ayah akan menjaga mu nak" ucapnya kemudian tersenyun padaku
Selang waktu beberapa menit aku dan ayahku terdiam tiba-tiba saja aku mendengar suara ibuku memanggilku. Aku segera memberi tahu ayahku bahwa aku sedang mendengar suara ibuku tapi ayahku bahkan hanya mendengar suara stetoskop rumah sakit. Aku tersenyum sangat ramah kepada ayah ku tanpa beban apapun yang kurasakan adalah kebahagiaan yang sangat aku rindukan dari kedua orang tuaku sampai pada akhirnya aku akan berpisah dengan mereka nantinya.
"Ayah sepertinya sudah saat nya aku pergi, ayah jangan khawatir yah, aku akan baik-baik saja disana akan ada ibu yang menjemputku bahkan sekarang ia sedang menungguku. Ayah jaga kesehatannya, maaf karena selama ini sudah merepotkan ayah selama di dunia dan sekali lagi aku minta maaf ayah karena tidak bisa jadi anak yang berbakti untukmu." Setelah berucap seperti itu aku merasa sangat lemah,penglihatan ku sudah mulai memburam tapi aku masih bisa mendengar isak tangis ayahku tercinta. Aku sangat bangga punya ayah sepertinya. Dan setelah itu, penglihatan ku sudah mulai menggelap dan jantungku terasa seperti berhenti bekerja dan tuuuttttttttt suara stetoskop semakin membuat tangis ayahku pecah.

"Pasien meninggal tepat pada jam 10.30 Wib hari jumat 2019." Ucap seorang dokter laki-laki yang memberikan informasi kepada perawatnya. Sementara diluar sudah ada keluarga pasien yang menanti kabar gembira dari dokter namun semuanya hanyalah harapan. Semuanya kita kembalikan kepada pencipta. Karena ajal tidak ada yang bisa menebak kapan datangnya.
" bagaimana dokter keadaan anak saya?" Tanya seorang pria paruh baya yang memakai jas namun terkesan sudah kusut. Kasihan yah memang kasihan tapi yah harus memberi tahunya.
"Maaf pak kami sudah berusaha semaksimal mungkin agar putri bapak selamat tapi semua nya ada di tangan Allah, tidak ada yang bisa menebak kapan datangnya ajal nya." Ucap dokter itu. Pria itu pun langsung terduduk dan menangisi kepergian putrinya.

Keesokan harinya, sebuah keluarga sedang berada di pemakaman menggunakan pakaian serba hitam guna untuk mengantarkan putrinya untuk meninggalkan dunia ini.
"Selamat Tinggal yah Nak, semoga tenang di alam sana. Papa akan baik-baik saja disini." Ucap seorang pria paruh bayah sembari mencium nisan yang tertulis nama putrinya kemudian menaburkan bunga diatas pemakaman putrinya. Dan beranjak pergi dari pemakaman itu.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PENTIGRAF XI LAJULO - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger