oleh : Asilah NM
Alea berjalan memasuki gerbang sekolah, bersama Dzaki. yang tak lain adalah sahabat kecilnya. Kini mereka naik di bangku Sekolah Menengah Pertama. Mereka brsekolah di SMP Negeri 1 Bandung. Cuaca hari itu membawa kehangatan. tak hujan, tak pula begitu terik. setibanya di kelas mereka hanya duduk berdiam diri sambil menunggu bel sekolah berbunyi. sesekali Dzaki membuatnya terkekeh karena tingkahnya. Alea merupakan gadis polos yang begitu cantik, dengan lesung pipi dan kulit cerahnya. jangan lupakan gingsul yang tertata rapi di mulutnya. ditambah lagi dengan rambut hitam pekat yang ia urai dan pita pink di poni nya. ia gadis yang begitu tenang. tak suka dengan kebisingan dan keramaian. berbeda dengan Dzaki, sahabatnya. ia tipe cowok yang begitu hiperactive dan juga humoris tentunya. Bel pun berbunyi. setelah berkenalan, pelajaran pun dimulai. Hari-hari Alea lalui dengan apa adanya. Bersama Dzaki tentunya. Eits, tapi jangan salah paham. Hubungan mereka tidak lebih dari seorang sahabat. Alea mempercayai Dzaki selayaknya seorang Kakak baginya. begitupun Dzaki. Ia memperlakukan Alea seperti adiknya sendiri. Ditambah, Alea menetap di rumah Dzaki, karena ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sana. setahun. dua tahun. tiga tahun kemudian. tahun ini adalah tahun terakhir ia bersekolah di SMP Negeri 1 Bandung. tak ada yang berbeda dari sebelumnya. Alea masih sama seperti dulu, berbeda dengan Dzaki yang kini mulai bertambah tinggi melewati Alea. tinggal menghitung hari, mereka akan menjadi pelajar SMA. hari libur mereka gunakan untuk mengurus berkas naik ke SMA. Dzaki memutuskan untuk tetap melajutkan sekolahnya bersama Alea. Alea juga merasa lebih nyaman bersama Dzaki. one fact, kedua orangtua Dzaki yang membiayai sekolah Alea atas permintaan Dzaki sendiri. hari demi hari berlalu. kini mereka naik ke semester dua. akhir akhir ini Alea merasa ada yang berbeda dari Dzaki. yang biasanya, sepulang sekolah Dzaki akan menjemput Alea di kelasnya kini mulai jarang dilakukannya. yang dulunya selalu berangkat dan pulang sekolah bersama, kini telah sirna. yah seperti itulah gambarannya. tapi Alea merasa mungkin Dzaki mulai merasa risih dan terganggu karena adanya Alea di kesehariannya. hingga suatu waktu tiba. Alea melihat Dzaki pulang sekolah bersama seorang gadis. tepatnya mungkin teman sekelasnya kata Alea. "halo ky, kamu dimana?" ucap Alea lewat sambungan teleponnya. "oh ini, aku lagi mau latihan basket lea, kamu pulang duluan yah" balas Dzaki kemudian menutup teleponnya. tak ada salahnya Dzaki berbuat seperti ini. toh mereka hanya sahabatan:)
tapi disisi lain Alea merasa dilupakan. merasa tak ada lagi kasih sayang untuknya. yang biasa sehari hari mereka habiskan bersama untuk sekedar bermain di rumah, kini jauh berbeda. 2 tahun kemudian. Alea merasa tak ada yang berubah dari Dzaky. ia masih seperti dulu yang tak begitu peduli lagi dengan Alea. parahnya, ternyata selama ini Dzaky berpacaran dengan teman sekelasnya itu. mungkin itu wajar saja. tapi entah mengapa Alea merasa begitu ditinggalkan ketika tau Dzaki berpacaran dengan gadis lain. Alea merasa, egonya yang begiru buruk. tibalah saat perpisahan SMA mereka. sekolah mereka mengadakan promnight untuk peringatan perpisahan angkatan mereka. Alea mengenakan dress berwarna merah hati dengan nuansa payet dibagian bawah dreesnya. ditambah lagi dengan uraian hair curly berwarna kuning kecoklatan membuat banyak pasang mata dari segala arah menatapnya kagum. terlebih Dzaki yang begitu kaget melihat pemandangan didepannya. ini pertama kali Dzaki melihat Alea mengenakan dress yang begitu indah. hingga matanya tak kunjung berkedip. Nina, pacar Dzaki berdecik kesal melihatnya. ia meninggalkan Dzaki untuk menyusun rencana bersama gengnya. "so, gue mau nanti lo ajak Alea ke toilet buat nemenin lo ceritanya. trus pas lo mau keluar kita kunciin dia dari luar. gimana?" ucap Nina tersenyum jahat melihat ke arah Lea. beberapa menit kemudian. "Leaaa" teriak shila, teman sekelasnya a.k.a sahabat Nina. "temenin gue ke toilet yuk" kata Shila sambil menarik tangan Lea. ketika Shila asik bercermin di kaca toilet, Alea masuk ke dalam kamar kecil mungkin untuk membuang air kecil. Rencana jahat Nina dan kawan kawan pun berhasil. Mereka juga menyiram seember air ke dalam kamar kecil itu dan mengunci pintu dari luar. Alea mencoba membuka pintunya, namun sayang ia sadar pintunya terkunci dari luar. ia berteriak namun tak ada yang mendengarkan. Alea mengeluarkan handphone dari tasnya. tersisa 10% lagi hingga handphone nya akan mati total. namun nihil, Dzaki tak kunjung menjawab telepon dari Alea. berulang-ulang kali ia menelpon tapi tetap sama. tak ada jawaban. ia merasa putus asa sekarang. sudah hampir 2 jam ia berdiam diri di dalam toillet itu. sesekali berteriak minta tolong. hingga seorang pria berhenti tepat didepan toilet tersebut. "halo, ada orang?" teriak seorang pria diluar sana. Alea merasa begitu lemas, tak cukup punya energi untuk berteriak keras. "iyaa..a..a.. tolonginn aku" ucapnya terbata-bata. pria diluar sana mendengarnya. "tolong kamu menjauh dari pintunya." dengan perlahan Alea berpindah posisi. brukkk....brukkkkk...brukkkkk. akhirnya pintunya terbuka. dengan sigap pria itu berjalan ke arah Alea yang sudah terduduk lemah di dekat pintu. greppppp. tiba-tiba Alea memeluk pria itu dengan sangat erat. sambil menangis dalam diamnya. "eh eh, lo nggak apa-apa?" kata pria itu. namun Alea tak menjawabnya. pelukan itu kemudian menjadi longgar. Alea pingsan. dengan sigap, pria itu membopong Alea di lengannya dan kemudian menuju mobilnya untuk membawa Alea ke rumah sakit. Nina dan gengnya tersenyum licik menatap ke arah Alea yang dibopong oleh Arga, teman sekelas Dzaki.
acara telah selesai. Dzaki mencoba mencari keberadaan Alea yang sedari tadi tak pernah ia temukan. di tempat lain, kini Alea mulai sadar. kapalanya terasa pusing dan penat. terlihat Arga sedang duduk di sofa kamar rumah sakit tersebut. "eh kamu udah bangun?" ucap Arga kemudian membantu Alea yang mencoba mengubah posisinya. "Arga yah? kok aku bisa ada disini?" ucap Alea heran. Arga hanya terdiam melihat wajah polos milik Alea. ia merasa gadis itu begitu hangat dan tenang tentunya. drttt....drtttt... handphone milik Alea berbunyi. Alea mencoba menggapainya tapi ia tak bisa. akhirnya, Arga yang memutuskan untuk mengangkat telepon itu. Abang Dzaky<3 nama kontak yang tertulis di layar handphone milik Alea. Alea menatap seolah bertanya. "Halo Lea, kamu dimana?" terdengar suara dari balik hp milik Lea tersebut. Arga menatap sekilas ke arah Lea. "Lea nya lagi istirahat" kata Arga yang berdiri disebelah Lea. "eh lo Arga? lo dimana? Alea nya mana? kok sama lo" ucap Dzaki. "gue lagi di rumah sakit. sekarang lo kesini, atau gue yang bawa Alea pulang." ucap Arga dengan santainya. membuat Alea salah paham dengannya. Alea menatap tak suka ke arah Arga. "eh gue ga bermaksud apa-apa kok lea, maksudnya gue mau antar pulang gitu." lanjut Arga kemudian mematikan sambungan teleponnya dengan Dzaki. "what the, kok bisa di rumah sakit sih. haloo. halo..!! argh shit." ucap Dzaki kesal. dengan cepat ia menuju ke arah rumah sakit yang telah dikirimkan oleh Arga. ketika tiba di rumah sakit tersebut, dengan cepat Dzaki mencari nomor kamar Alea. akhirnya ketemu. ia masuk dan mendapatkan Alea yang tengah berbaring membelakanginya. disisi lain Arga tengah duduk bermain handphone ditangannya. Dzaki berjalan ke arah Alea. ia yakin Alea pasti sedang menangis dalam diamnya. ternyata benar. Alea tak sedang tertidur. melainkan menangis sambil menutup wajahnya dengan selimut. "Lea, maafin aku. tadi aku ga denger telepon kamu." ucap Dzaki yang tengah duduk di hadapan Lea. Alea hanya terdiam dan masih menangis. Dzaki membuka selimut yang menutupi wajah Alea. ternyata benar, Alea tengah menangis sambil mengigit bibirnya. matanya terlihat begitu sembab. Dzaki tak kuat melihat ketika Alea menangis. dengan sigap ia menarik Alea kedalam pelukannya. Alea masih diam. tak membalas pelukan Dzaki. "maafin aku Lea." bisik Dzaki.
sebulan telah usai.
sebentar lagi Alea dan Dzaki akan sibuk untuk mengurus berkas masuk ke perguruan tinggi. Dzaki merasa Alea tak seperti dulu lagi. ia makin cuek akhir akhir ini. belum lagi Dzaki mau bertanya perkara perguruan tinggi yang akan Alea daftari. Dzaki ingin masuk ke perguruan tinggi yang sama lagi dengan Alea. namun, Alea belum mau berbicara dengan Dzaki. keesokan harinya, Dzaki ingin mencoba membujuk Alea dan mencoba mengetuk pintu kamar Alea. tak ada jawaban. Dzaki mencoba membuka pintunya, ternyata tak terkunci. ia tak menemkan Alea di kamarnya. entah mengapa, Dzaki merasa ada yang berbeda. barang-barang milik Alea seketika berkurang. terdapat sebuah surat berwarna putih diatas meja belajar milikAlea. Dengan rasa penasaran, Dzaki mengambil dan membacanya.
Dear Dzaki
makasih udah buat hari hari Alea lebih berwarna
makasih udah buat Alea jadi lebih dewasa
makasih udah mau jadi abang buat Alea
makasih udah jadi tempat keluh kesah Alea selama ini
makasih selalu dengerin ocehan Alea
makasih udah mau dibuat susah ama Alea
pokoknya makasih deh udah sempat hadir di hidup Alea:D
maaf karena Alea harus tiba tiba pergi tanpa pamit dulu ama dzaki, maaf karena selalu buat Dzaki kesusahan karena Alea, maaf juga karena selalu buat Dzaki tertekan, maaf juga karena dulu Alea sempat cemburu kalo liat Dzaki deket ama cewek lain. Lea ga tau itu namanya sekedar sayang atau emang cinta. mungkin sih 2 2 nya hehe. maaf yah karena Alea terlanjur cinta ama Dzaki. tapi sekarang, Lea mau mencoba keluar dari lingkaran itu. aku udah tanya ibuku buat ga kasi tau kamu dimana. kamu ga usah khawatir klo emng ad rasa khawatirnya wkwkwk. kamu semangat yah lanjut kuliahannya. aku juga bakal kuliah kok. tapi jauh dari kamu:( I'll miss u so much dzaky xd
xoxo
Alea imut
0 komentar:
Posting Komentar